quotes

if you believe you can do it, you can do it
tataplah ke depan, percayalah akan masa depan yang pasti akan datang
tidak bisa bukan hal yang memalukan, yang memalukan adalah tidak mau mencobanya meskipun tahu tidak bisa

November 09, 2011

sejarah sempoa

Sempoa Awal Alat bantu dalam pendidikan mental aritmatika adalah sebuah alat yang disebut SEMPOA atau ABAKUS. Alat hitung ini pertama kali ditemukan dalam sejarah Babilonia kuno dalam bentuk sebilah papan yang di atasnya ditaburi pasir sehingga orang bisa menulis atau menghitung dengan menggunakan tongkat atau jari. Lapisan tipis pasir tersebut akan tersebar merata di permukaan, dan simbol-simbol digambar di pasir. Untuk memulai sesuatu yang baru, hanya perlu mengguncangkan papan tersebut atau meratakan pasir tersebut dengan tangan. Itu sebabnya alat tersebut dinamai abakus yang berasal dari bahasa Yunani ABACOS, yang artinya menghapus debu. Tidak lama kemudian, penggunaan pasir ditinggalkan dan beralih ke penggunaan kerikil yang di tempatkan di alur terukir di batu papan penghitungan. Alat hitung tertua yang berhasil bertahan cukup lama adalah catatan Salamis, yang digunakan oleh orang Babilonia sekitar tahun 300 SM ini ditemukan pada tahun 1846 di Pulau Salamis. Alat ini terbuat dari marmer putih dan disimpan di Museum Nasional Prasasti, Athena. Kemudian papan hitung terbuat dari banyak bahan. Selain marmer yang digunakan oleh orang Yunani, perunggu yang digunakan oleh orang Romawi. Sebagai pendidikan dasar mereka, anak laki-laki di Yunani dan Roma belajar setidaknya beberapa aritmatika menggunakan abax atau sempoa. Bahkan Plato menyarankan, “Sebanyak yang diperlukan untuk tujuan perang dan manajemen rumah tangga dan pekerjaan pemerintah. Pada titik tertentu, orang-orang Romawi menambah alur tambahan antara setiap posisi desimal. Jadi sekarang, alurnya menunjukkan satuan, puluhan, lima puluhan, ratusan, lima ratusan, ribuan, dan lain-lain. Ini berhubungan dengan angka Romawi (I, X, L, C, D, M). Istilah Latin untuk kerikil adalah kalkulus. Jadi, sementara kalkulus dianggap matematika yang sulit, istilah sebenarnya mengacu pada papan hitung kuno dan kerikil (secara harfiah). Dalam upaya untuk perangkat hitung modern, orang Romawi menemukan sempoa tangan. Sempoa tangan ini terdiri dari plat logam dengan manik-manik logam yang disisipi sebuah slot di tengahnya. Manik-manik disambung, tetapi cukup longgar untuk menggerakkan manik-manik di dalamnya. Sempoa tangan Romawi dipamerkan di Museum Ilmiah London yang cocok dengan ukuran saku baju modern. Susunan manik seperti Soroban modern, dalam hal ini, slot atas berukuran lebih pendek dan berisi satu manik, dan slot bawah lebih panjang dengan berisi empat manik-manik. Beberapa orang percaya bahwa sempoa Romawi, yang di Cina dikenal dengan suan-pan, diperkenalkan ke Cina di awal era Kekristenan oleh para pedagang. Di pertengahan abad tersebut, alat hitung termasuk umum di sekitar Eropa. Di Prancis, alat hitung disebut jetons, yang terinspirasi dari sebuah sajak. Manik-manik Berbingkai Beberapa catatan pertama dari perangkat hitung yang digantung pada batang paralel telah ditemukan di antara peninggalan peradaban Maya. Sempoa Aztec, yang dikenal sebagai nepohualtzitzin, pada abad ke-10. Manik-manik hitung terbuat dari jagung yang digantung di sepanjang kabel paralel atau string dalam kerangka dari kayu. Sebagai tambahan, ada sebuah tiang di bingkai yang memisahkan alat penghitung menjadi tiga di atas dan empat di bawah. Sistem ini cukup konsisten dengan sistem (basis 20) vigesimal, diduga digunakan dalam peradaban Aztec kuno maupun oleh Basque di eropa. Setiap tiga manik di atas mewakili lima. Dan setiap empat manik bawah mewakili satu. Jadi sembilan belas dapat diwakili dalam setiap kolom. Selama abad ke-11, sempoa Cina, atau suan-pan ( ), ditemukan. Suan pan umumnya dianggap sebagai awal manik-manik sempoa pada batang. Istilah mandarin dari suan pan berarti piring hitung. Sebuah suan pan memiliki dua manik-manik di atas pembagi tengah yang disebut balok (atau tiang penghitung) dan lima manik-manik di bawahnya. Penggunaan suan pan menyebar ke Korea, dan kemudian ke Jepang selama akhir abad ke-15. Sempoa dibawa masuk ke Jepang oleh para pedagang dan bhiksu-bhiksu Buddha dari Cina. Orang Jepang menyebut sempoa dengan soroban. Awalnya soroban tampak mirip dengan suan pan yang memiliki dua manik-manik di atas dan lima manik-manik di bawah. Namun sektiar tahun 1850, soroban tersebut dimodifikasi sehingga hanya memiliki satu manik atas sambil mempertahankan lima manik-manik di bawah. Selanjutnya, soroban menghapus salah satu manik bawah pada tahun 1930. Sistem satu manik atas dan empat manik bawah (1/4) yang akhirnya digunakan di Jepang sampai saat ini. Pada tahun 1928, percobaan soroban dilakukan di Gedung Dagang dan Industru Jepang. Lebih dari satu juta orang mengikuti percobaan ini pada tahun 1959. Sistem soroban ini amat praktis sehingga membuat anak-anak Jepang amat menyukai aritmatika. Hal inilah yang membuat Jepang begitu cepat bangkit dari puing-puing kekalahannya pada Perang Dunia II. Dengan generasi muda yang menyukai bidang-bidang eksakta, masuknya Amerika yang membawa teknologi Barat membuat orang Jepang dengan mudahnya mampu meniru, memodifikasi, dan bahkan kini telah melampauinya. Fenomena ini tidak luput dari perhatian negara-negara tetangganya. Setelah perang Korea yang menyengsarakan pada dekade 50an, bangsa Korea (Korea Selatan) secara intensif mendidik generasi mudanya dengan aritmatika model Jepang sehingga pada dekade 60an, mereka sudah bisa mensejajarkan diri dengan negara-negara maju lainnya. Rusia merancang sempoa mereka, dan menyebutnya schoty. Schoty diciptakan sekitar abad ke-17. Schoty memiliki sepuluh manik-manik per batang, dan tidak memiliki batang pemisah. Setiap manik-manik dianggap sebagai satu. Biasanya manik kelima dan keenam diberi warna yang berbeda untuk memudahkan dalam penghitungan. Banyak schoty sudah ditemukan dengan angka-angka dan manik-manik per kolom, termasuk berbagai nomor manik-manik per kolom pada sempoa yang sama. Sempoa masih digunakan sampai sekarang. Sempoa tidak ternilai bagi banyak tunanetra, karena penempatan nilai dan penghitungan dapat dilakukan hanya dengan perasaan. Pedagang dan bankir di berbagai belahan dunia masih tergantung pada sempoa untuk bisnis mereka. Dan pada tahun 1979, Asosiasi Sempoa Cina didirikan. Mereka mengadakan ujian tahun 1984, dan memulai kompetisi di 1989. Dan sebagai alat pengajar aritmatika, itu memiliki nilai yang besar. Bahkan Forbes.com mencatat sempoa sebagai alat yang paling penting kedua sepanjang masa. Banyak bagian dunia mengajarkan sempoa mulai dari TK. Hal ini dirasakan oleh banyak orang bahwa belajar sempoa memperkuat pengertian seseorang tentang nilai angka dan membantu untuk lebih paham tentang keseluruhan angka. Ini juga sangat menyenangkan. from: http://webhome.idirect.com/~totton/abacus/pages.htm#Soroban1 this web is translated by me. thanks for reading.. :D

No comments:

Post a Comment